Rabu, 18 Januari 2012

SEJARAH MAULID NABI



Maulid Nabi Muhammad SAW kadang-kadang Maulid Nabi atau Maulud saja (bahasa Arab: مولد، مولد النبي, mawlidun-nabī), adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW, yang di Indonesia perayaannya jatuh pada setiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriyah. Kata maulid atau milad dalam bahasa Arab berarti hari lahir. Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah Nabi Muhammad wafat. Secara subtansi, peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Nabi Muhammad.
Perayaan Maulid Nabi diperkirakan pertama kali diperkenalkan oleh Abu Said al-Qakburi, seorang gubernur Irbil, di Irak pada masa pemerintahan Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (1138-1193). Adapula yang berpendapat bahwa idenya justru berasal dari Sultan Salahuddin sendiri. Tujuannya adalah untuk membangkitkan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW, serta meningkatkan semangat juang kaum muslimin saat itu, yang sedang terlibat dalam Perang Salib melawan pasukan Kristen Eropa dalam upaya memperebutkan kota Yerusalem dan sekitarnya.
Masyarakat muslim di Indonesia umumnya menyambut Maulid Nabi dengan mengadakan perayaan-perayaan keagamaan seperti pembacaan shalawat nabi, pembacaan syair Barzanji dan pengajian. Menurut penanggalan Jawa bulan Rabiul Awal disebut bulan Mulud, dan acara Muludan juga dirayakan dengan perayaan dan permainan gamelan Sekaten.
Sebagian masyarakat muslim Sunni dan Syiah di dunia merayakan Maulid Nabi. Muslim Sunni merayakannya pada tanggal 12 Rabiul Awal sedangkan muslim Syiah merayakannya pada tanggal 17 Rabiul Awal, yang juga bertepatan dengan ulang tahun Imam Syiah yang keenam, yaitu Imam Ja'far ash-Shadiq.
Maulid dirayakan pada banyak negara dengan penduduk mayoritas Muslim di dunia, serta di negara-negara lain di mana masyarakat Muslim banyak membentuk komunitas, contohnya antara lain di India, Britania, dan Kanada.[1] [2] [3] [4] [5][6] [7] [8][9] Arab Saudi adalah satu-satunya negara dengan penduduk mayoritas Muslim yang tidak menjadikan Maulid sebagai hari libur resmi.[10] Partisipasi dalam ritual perayaan hari besar Islam ini umumnya dipandang sebagai ekspresi dari rasa keimanan dan kebangkitan keberagamaan bagi para penganutnya.[11]
Terdapat beberapa kaum ulama yang berpaham Salafi dan Wahhabi yang tidak merayakannya karena menganggap perayaan Maulid Nabi merupakan sebuah bid'ah, yaitu kegiatan yang bukan merupakan ajaran Nabi Muhammad SAW. Mereka berpendapat bahwa kaum muslim yang merayakannya keliru dalam menafsirkannya sehingga keluar dari esensi kegiatannya. Namun demikian, terdapat pula ulama yang berpendapat bahwa peringatan Maulid Nabi bukanlah hal bid'ah, karena merupakan pengungkapan rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW.
SEJARAH MUSA AL-KHAWARIZMI
Muammad bin Mūsā al-Khawārizmī (Arab: محمد بن موسى الخوارزمي) adalah seorang ahli matematika, astronomi, astrologi, dan geografi yang berasal dari Persia. Lahir sekitar tahun 780 di Khwārizm (sekarang Khiva, Uzbekistan) dan wafat sekitar tahun 850. Hampir sepanjang hidupnya, ia bekerja sebagai dosen di Sekolah Kehormatan di Baghdad
Buku pertamanya, al-Jabar, adalah buku pertama yang membahas solusi sistematik dari linear dan notasi kuadrat. Sehingga ia disebut sebagai Bapak Aljabar. Translasi bahasa Latin dari Aritmatika beliau, yang memperkenalkan angka India, kemudian diperkenalkan sebagai Sistem Penomoran Posisi Desimal di dunia Barat pada abad ke 12. Ia merevisi dan menyesuaikan Geografi Ptolemeus sebaik mengerjakan tulisan-tulisan tentang astronomi dan astrologi.
Kontribusi beliau tak hanya berdampak besar pada matematika, tapi juga dalam kebahasaan. Kata Aljabar berasal dari kata al-Jabr, satu dari dua operasi dalam matematika untuk menyelesaikan notasi kuadrat, yang tercantum dalam buku beliau. Kata logarisme dan logaritma diambil dari kata Algorismi, Latinisasi dari nama beliau. Nama beliau juga di serap dalam bahasa Spanyol Guarismo dan dalam bahasa Portugis, Algarismo yang berarti digit.
Sedikit yang dapat diketahui dari hidup beliau, bahkan lokasi tempat lahirnya sekalipun. Nama beliau mungkin berasal dari Khwarizm (Khiva) yang berada di Provinsi Khurasan pada masa kekuasaan Bani Abbasiyah (sekarang Xorazm, salah satu provinsi Uzbekistan). Gelar beliau adalah Abū ‘Abdu llāh (Arab: أبو عبد الله) atau Abū Ja’far.
Sejarawan al-Tabari menamakan beliau Muhammad bin Musa al-Khwārizmī al-Majousi al-Katarbali (Arab: محمد بن موسى الخوارزميّ المجوسيّ القطربّليّ). Sebutan al-Qutrubbulli mengindikasikan beliau berasal dari Qutrubbull, kota kecil dekat Baghdad.
Tentang agama al-Khawārizmī', Toomer menulis:
Sebutan lain untuk beliau diberikan oleh al-abarī, "al-Majūsī," ini mengindikasikan ia adalah pengikut Zoroaster.Ini mungkin terjadi pada orang yang berasal dari Iran. Tetapi, kemudian buku Al-Jabar beliau menunujukkan beliau adalah seorang Muslim Ortodok,jadi sebutan Al-Tabari ditujukan pada saat ia muda, ia beragama Majusi.
Dalam Kitāb al-Fihrist Ibnu al-Nadim, kita temukan sejarah singkat beliau, bersama dengan karya-karya tulis beliau. Al-Khawarizmi menekuni hampir seluruh pekerjaannya antara 813-833. setelah Islam masuk ke Persia, Baghdad menjadi pusat ilmu dan perdagangan, dan banyak pedagang dan ilmuwan dari Cina dan India berkelana ke kota ini, yang juga dilakukan beliau. Dia bekerja di Baghdad pada Sekolah Kehormatan yang didirikan oleh Khalifah Bani Abbasiyah Al-Ma'mun, tempat ia belajar ilmu alam dan matematika, termasuk mempelajari terjemahan manuskrip Sanskerta dan Yunan
Karya terbesar beliau dalam matematika, astronomi, astrologi, geografi, kartografi, sebagai fondasi dan kemudian lebih inovatif dalam aljabar, trigonometri, dan pada bidang lain yang beliau tekuni. Pendekatan logika dan sistematis beliau dalam penyelesaian linear dan notasi kuadrat memberikan keakuratan dalam disiplin aljabar, nama yang diambil dari nama salah satu buku beliau pada tahun 830 M, al-Kitab al-mukhtasar fi hisab al-jabr wa'l-muqabala (Arab الكتاب المختصر في حساب الجبر والمقابلة) atau: "Buku Rangkuman untuk Kalkulasi dengan Melengkapakan dan Menyeimbangkan”, buku pertama beliau yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12.
Pada buku beliau, Kalkulasi dengan angka Hindu, yang ditulis tahun 825, memprinsipkan kemampuan difusi angka India ke dalam perangkaan timur tengah dan kemudian Eropa. Buku beliau diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, Algoritmi de numero Indorum, menunjukkan kata algoritmi menjadi bahasa Latin.
Beberapa kontribusi beliau berdasar pada Astronomi Persia dan Babilonia, angka India, dan sumber-sumber Yunani.
Sistemasi dan koreksi beliau terhadap data Ptolemeus pada geografi adalah sebuah penghargaan untuk Afrika dan Timur –Tengah. Buku besar beliau yang lain, Kitab surat al-ard ("Pemandangan Bumi";diterjemahkan oleh Geography), yang memperlihatkan koordinat dan lokasi dasar yang diketahui dunia, dengan berani mengevaluasi nilai panjang dari Laut Mediterania dan lokasi kota-kota di Asia dan Afrika yang sebelumnya diberikan oleh Ptolemeus.
Ia kemudian mengepalai konstruksi peta dunia untuk Khalifah Al-Ma’mun dan berpartisipasi dalam proyek menentukan tata letak di Bumi, bersama dengan 70 ahli geografi lain untuk membuat peta yang kemudian disebut “ketahuilah dunia”. Ketika hasil kerjanya disalin dan ditransfer ke Eropa dan Bahasa Latin, menimbulkan dampak yang hebat pada kemajuan matematika dasar di Eropa. Ia juga menulis tentang astrolab dan sundial.
Karya terbesar beliau dalam matematika, astronomi, astrologi, geografi, kartografi, sebagai fondasi dan kemudian lebih inovatif dalam aljabar, trigonometri, dan pada bidang lain yang beliau tekuni. Pendekatan logika dan sistematis beliau dalam penyelesaian linear dan notasi kuadrat memberikan keakuratan dalam disiplin aljabar, nama yang diambil dari nama salah satu buku beliau pada tahun 830 M, al-Kitab al-mukhtasar fi hisab al-jabr wa'l-muqabala (Arab الكتاب المختصر في حساب الجبر والمقابلة) atau: "Buku Rangkuman untuk Kalkulasi dengan Melengkapakan dan Menyeimbangkan”, buku pertama beliau yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12.
Pada buku beliau, Kalkulasi dengan angka Hindu, yang ditulis tahun 825, memprinsipkan kemampuan difusi angka India ke dalam perangkaan timur tengah dan kemudian Eropa. Buku beliau diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, Algoritmi de numero Indorum, menunjukkan kata algoritmi menjadi bahasa Latin.
Beberapa kontribusi beliau berdasar pada Astronomi Persia dan Babilonia, angka India, dan sumber-sumber Yunani.
Sistemasi dan koreksi beliau terhadap data Ptolemeus pada geografi adalah sebuah penghargaan untuk Afrika dan Timur –Tengah. Buku besar beliau yang lain, Kitab surat al-ard ("Pemandangan Bumi";diterjemahkan oleh Geography), yang memperlihatkan koordinat dan lokasi dasar yang diketahui dunia, dengan berani mengevaluasi nilai panjang dari Laut Mediterania dan lokasi kota-kota di Asia dan Afrika yang sebelumnya diberikan oleh Ptolemeus.
Ia kemudian mengepalai konstruksi peta dunia untuk Khalifah Al-Ma’mun dan berpartisipasi dalam proyek menentukan tata letak di Bumi, bersama dengan 70 ahli geografi lain untuk membuat peta yang kemudian disebut “ketahuilah dunia”. Ketika hasil kerjanya disalin dan ditransfer ke Eropa dan Bahasa Latin, menimbulkan dampak yang hebat pada kemajuan matematika dasar di Eropa. Ia juga menulis tentang astrolab dan sundial.
THOMAS ALFA EDISON
Thomas Alfa Edison  adalah penemu lampu , pada awal ia dianggap bodoh oleh gurunya,sehingga dikeluarkan oleh sekolahnya, ibunya memutuskan untuk mengajrinya sendiri, karna tak ada seklah  yang  mau nerimanya. Penemuan terbesarnya adalah lampu pijar, namun sebenarnya Thomas telah menemukan banyak alat dan telah dipatenkan, penemuan yang telah dipatenkan sebanyak 1093, pada saat menemukan lampu pijar Thomas tela mengalami kegagalan sebanyak  9998 kali, baru pada  percobaan 9999 kali ia berhasil menemukan lampu pijara menala secara terang , pada saat keberhasilannya di capai ia sempat ditanya, apa yang membuat anda sukses?.. beliau menjawab: saya sukses karna telh kehabisan apa yang disebut kegagalan. Bayangkan dia telah mengalami banyak sekali kegagalan yang berulang-ulang, bahkan saat dia ditanya, apakah dia tidak bosan dengan kegagalannya?.. jawab beliau: “Dengan kegagalan ntersebut saya malh mengetahui ribuan cara agar lampu tidak menyla” lar biasa Thomas memandang dari acamata yang positif .


Pancasila sebagai filsafat pendidikan Nasional



Perjalanan Negara kita yang merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, telah banyak mengalami pasang surut, begitu juga keadaan pendidikan kita. Sistim pendidikan sekarang merupakan hasil perkembangan pendidikan yang tumbuh dalam pengalaman bangsa di masa lalu. Pendidian tidak berdiri sendiri, tetapi selalu dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan politik, social, ekonomi dan kebudayaan.
Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memang mempunyai peran yang amat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan bangsa yang bersangkutan. Pendidikan selain sebagai sarana transfer ilmu pengetahuan, sosial budaya, juga sebagai sarana mewariskan ideology suatu Negara kepada generasi selanjutnya yang hanya dapat dilakukan melalui pendidikan, maka bukan rahasia lagi apabila pendidikan suatu bangsa akan secara otomatis mengikuti ideologi bangsa yang dianut, karenanya system pendidikan nasional Indonesia dijiwai, didasari dan mencerminkan idntitas pancasila. Sementara cita dan karsa bangsa kita , tujuan nasonal dan hasrat luhur rakyat Indonesia tersimpul dalam pembukaan UUD 1945 sebagai perwujudan jiwa dan nilai pancasila. Sedangkan filsafat pendidikan pancasila adalah subsistem dari system Negara pancasila. Dengan kata lain, system Negara pancasila wajar tercermin dan dilaksanakan didalam berbagai subsistem kehidupan bangsa dan masyarakat.
Dengan demikian jelaslah bahwa tidak mungkin sistim pendidikan nasional dijiwai dan didasari oleh system filsafat pendidikan yang lain selain pancasila, hal ini tercermin dalam tujuan pendidikan nasional yang termuat dalam UU No.2 Tahun 1989 tentang system pendidikan nasional.

Aliran-aliran Psikologi Dalam Prespektif Islam


Aliran-Aliran Psikologi
Dengan banyaknya pemikiran dan penelitian tentang kejiwaan oleh para ahli. Dan  memunculkan pandangan yang berbeda dari hasil penelitiannya. Sehingga lahirlah aliran-aliran psikologi dari para ahli . Dengan demikian ada 4 aliran-aliran psikologi yang terkenal yaitu :
1.                  Aliran Psikologi Psikoanalisis
Aliran psikoanalisis adalah sebuah aliran dalam psikologi yang manusia sebagai makhluk yang digerakkan oleh-oleh keinginan-keingnan terpendam (homo valens). Aliran ini didirikan atau dikemukakan oleh Sigmund Freud pada tahun 1900. Yaitu orang yang pertama berusaha merumuskan psikologi manusia. Freud memfokuskan pada totalitas  kepribadian manusia. Aliran psikoanalisis tentang manusia ini sangat kompleks tetapi secara garis besar ada tiga ke-satuan kompleks yang memilki hubungan timbal balik.
 Yang pertama adalah Id (das es), merupakan suatu wadah yang berisi dorongan-dorongan bawaan yang bersifat primitif dan dorongan – dorongan biologis manusia (instink). Id bergerak pada bidang kesenangan dan kepuasan. Kedua adalah ego (das ich), yang menampilkan akal budi dan pikiran, selalu siap menyesuaikan diri dan mampu mengendalikan dorongan-dorongan  dan menampilkan prinsip realitis (nyata). Ketiga super ego, mempunyai fungsi untuk mengontrol id agar tidak begitu saja merealisasikan perbuatannya atau pemuasannya. Atau bisa dikatakan super ego adalah hati nurani manusia.
2.                  Aliran Psikologi Behaviorisme
Aliran ini pertama kali dikemukakan oleh Ivan Petrovich Pavlov (1849-1938) dan William Mc. Dougal (1871-1938).. Aliran ini mengemukakan bahwa objek psikologi hanyalah prilaku yang kelihatan saja dan menolak pendapat sarjana psikologi yang mempelajari tingkah laku yang tidak nampak dari luar. Karena Pavlov sangat anti terhadap psikologi yang dianggap kurang ilmiah dan semua gerakan yang terjadi itu hanyalah refleks yang. Serta tokoh aliran ini yang lain mengemukakan bahwa psikologi harus menjadi ilmu yang objektif artinya harus dipelajari sebagaimana mempelajari ilmu pasti atau ilmu alam.
3.                  Aliran Psikologi Kognitif
Aliran psikologi kognitif menempatkan manusia sebagai makhluk yang bereaksi secara aktif terhadap lingkungannyadengan cara berfikir. Psikologi kognitif mempelajari bagaimana arus informasi ditangkap oleh alat indera yang diproses dalam jiwa seseorang sebelum diwujudkan dalam bentuk tingkah laku. Akan tetapi, dalam aplikasinya reaksi yang timbul tidak hanya yang nyata tetapi juga dalam bentuk atau berupa ingatan. Dalam konsep ini manusia orang yang secara sadar memecahkan permasalahan atau persoalan. Sehingga dalam aliran ini manusia disebut sebagai homo sapiens yaitu manusia yang berfikir.

4.                  Aliran Psikologi Humanistik
Dalam aliran ini manusia pada dasarnya makhluk yang baik dan memilki potensi yang tidak terbatas. Aliran ini sangat optimistik dan bahkan terlampau optimistik terhadap pengembangan sumber daya manusia. Sehingga manusia dipandang sebagai penentu yang mempu menjalankan play God ( peran Tuhan . Hal ini, sangat memungkinkan munculnya sikap membiarkan terhadap tingkah laku manusia. Baik itu yang bersifat negatif maupun positif
Pandangan Islam Terhadap Psikologi Dan Aliran-Alirannya
1.                  Pemikiran Ke Arah Psikologi Islam
Perbincangan tentang jiwa (ruh) dalam dunia islam sudah dimulai pada pertama munculnya pemikir-pemikir islam. Perbincangan tentang jiwa (nafs) dimungkinkan karena islam sudah memilki konsep tentang manusia dan unsur-unsurnya maka sangat wajar jika pemikir muslim berbicara masalah manusia dan jiwa (nafs).

Artinya : “Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaan-Nya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. (Q.S. Asy-Syams : 7-8)

Dan juga pada surah Al-Fajr  ayat  27 yang berbunyi :

Artinya : “Hai jiwa yang tenang”. (Q.S. Al-Fajr : 27).

Menurut Malik M. Badri ada tiga fase perkembangan sikap psikolog muslim terhadap psikolog modern  yang berasal dari barat, yaitu fase infantual, fase rekonsiliasi dan fase emansipasi. Pada fase pertama ini para ahli psikolog muslim tergila-gila pada teori psikolog dan tekhniknya yang memikat. Pada fase kedua, mereka sudah mencocokkan apa yang ada dalam teori psikologi dengan apa yang ada dalam Al-Qur’an. Dan pada fase terakhir, mereka semakin bersifat kritis terhadap psikologi modern dan mengalihkan perhatiaannya pada Al-Qur’an , Hadist serta Khazanah-khazanah klasik islam yang membahas tentang jiwa dan manusia. Pandangan islam terhadap psikoanalis, behaviorisme dianggap sebagai tori yang merendahkan martabat manusia sebagai hamba dan khalifah Allah, sementara humanistik dipandang mendekati pandangan islam.

M. Badri dalam bukunya yang berjudul “The Dilemma of Muslim Psychologists” mengecam psikologi Behaviorisme. Terhadap psikologi behaviorisme, kecaman diarahkan pada wawasan mengenai manusia yang dianggap sebagai makhluk yang hedonis yang memiliki motif tunggal untuk menyesuaikan diri pada lingkungan fisik dan sosial dengan mementingkan kini (here) dan disini (now). Kecaman juga ditunjukkan pada psikologi Psikoanalisis terhadap konsep-konsep dasar id, ego dan super ego yang dianggap sebagai mitos daripada penelitiaan secara ilmiah. Akan tetapi, badri tidak hanya semata-mata mengecam tetapi juga menghargai hal-hal yang positif dari aliran-aliran tersebut.
Pandangan kritis pemikir-pemikir muslim terhadap psikologi modern dan besarnya perhatian terhadap psikologo islam tidak lepas dari gerakan islamisasi ilmu pengetahuan dan gerakan kebangkitan islam. Hal ini melahirkan berbagai kajian psikologi islam muktahir juga muncul dalam literatur bahasa arab, seperti Al-Qur’an wal ‘ilman Nafs, karangan Abd. Wahab Hamudah (1962), Jamal Mahdi Abu al-Azaim (1978), dan Utsman An-Najasi (1982), Ilm an Nafis al-Islam oleh Ramadlan Muhammad al-Qazzafi (1990), Al-Tafakkurmin al-Musyahadat ila al-Syuhfid, Dirasat an Nafsiyyat oleh Malik Badri (1996).
Pada dasarnya manusia adalah makhluk yang paling sempurna dalam penciptaannya. Dalam surah Al-Mu’minun ayat 12 sampai 14 dijelaskan tentang penciptaan manusia :

BAHASA ARAB ADALAH BAHASA ISLAM



Pengertian Bahasa Arab
Bisa berbicara merupakan karunia dari Allah SWT, karna tidak setiap manusia yang hidup di dunia ini bisa berbicara ataupun mengunkapkan gagasan-gagasan serta ide-ide yang terdapat dalam pikirannya masing-masing. Jadi,  hal ini merupakan sebuah kebanggaan tersendiri bagi manusia yang bisa berbicara. Sebelum melangkah lebih jauh penulis akan membahas terlebih dahulu pengertian daripada bahasa arab itu sendiri.
“Bahasa Arab (اللغة العربية al-lughah al-‘Arabīyyah, atau secara ringkas عربي ‘Arabī) adalah salah satu bahasa Semitik Tengah, yang termasuk dalam rumpun bahasa Semitik dan berkerabat dengan bahasa Ibrani dan bahasa-bahasa Neo Arami”[1]
Jadi, dari pengertian bahasa arab diatas dapat kita maknai bahwa bahasa arab itu adalah bahasa Semitik yang muncul dari daerah yang sekarang termasuk wilayah Arab Saudi.Bahasa ini adalah sebuah bahasa yang terbesar dari segi jumlah penutur dalam keluarga bahasa Semitik. Bahasa ini berkerabat dekat dengan bahasa Ibrani dan bahasa Aram. Bahasa Arab Modern telah diklasifikasikan sebagai satu makrobahasa dengan 27 sub-bahasa dalam ISO 639-3. Bahasa-bahasa ini dituturkan di seluruh Dunia Arab, sedangkan Bahasa Arab Baku diketahui di seluruh Dunia Islam
Bahasa Arab Modern berasal dari Bahasa Arab Klasik yang telah menjadi bahasa kesusasteraan dan bahasa liturgi Islam sejak lebih kurang abad ke-6. Abjad Arab ditulis dari kanan ke kiri.Bahasa Arab telah memberi banyak kosakata kepada bahasa lain dari dunia Islam, sama seperti peranan Latin kepada kebanyakan bahasa Eropa. Semasa Abad Pertengahan bahasa Arab juga merupakan alat utama budaya, terutamanya dalam sains, matematik adan filsafah, yang menyebabkan banyak bahasa Eropa turut meminjam banyak kosakata dari bahasa Arab.
Keutamaan Bahasa Arab
Setelah kita mengenal sebagian kecil dari pengertian serta asal mula bahasa arab itu sekarang marilah kita ketahui keutamauan bahasa Arab. Perlu kita ketahui bahwa segala sesua yang ada di dunia ini memiliki keutamaan serta ciri khas tersendiri, begitu juga dalam hal basa arab, kalaulah kita mengkaji secara radikal (menkaji hingga dasar-dasarnya atau sampai kepada akar-akarnya) ternyata bahasa Arab itu memiliki banyak keutamaan serta ciri khas tersendiri daripada bahasa-bahasa lainnya. Sebagaimana perkataan Ibnu Katsir rahimahullah ketika menafsirkan surat Yusuf ayat 2, yang artinya,

“Sesungguhnya Kami telah jadikan Al-Qur’an dalam bahasa Arab supaya kalian memikirkan[2].”
Ia berkata, “Yang demikian itu (bahwa Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa arab) karena bahasa arab adalah bahasa yang paling fasih, jelas, luas dan maknanya lebih mengena lagi cocok untuk jiwa manusia. Oleh karena itu, kitab yang paling mulia (yaitu Al-Qur’an) diturunkan kepada Rasul yang paling mulia (yaitu Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam) dengan bahasa yang paling mulia (yaitu bahasa arab), melalui perantara malaikat yang paling mulia (yaitu malaikat Jibril), ditambah kitab inipun diturunkan pada dataran yang paling mulia di atas muka bumi (yaitu tanah Arab), serta awal turunnya pun pada bulan yang paling mulia (yaitu Ramadhan), sehingga Al-Qur’an menjadi sempurna dari segala sisi.”[3]
Ada beberapa hal yang menjadi ciri khas Bahasa Arab yang merupakan kelebihan yang tidak ada pada bahasa lainnya, diantara lain adalah:
 Jumlah abjad yang sebanyak 28 huruf dengan makharijul huruf (tempat keluarnya huruf) yang tidak ada pada bahasa lainnya, I’rab, yaitu sesuatu yang mewajibkan keberadaan akhir pada keadaan tertentu, Ilmu ‘Arudl (ilmu notasi si’ir) yang mana dengan ilmu ini menjadikan syi’ir berkembang dengan perkembangan yang sempurna, Bahasa ‘Ammiyah dan Fush-ha, ‘Amiyah dipergunakan dalam interaksi jual beli atau komunikasi dalam situasi tidak formal sedang fush-ha adalah bahasa sastra dan pembelajaran, bahasa resmi yang dipergunakan dalam percetakan,Adanya huruf “dhad” yang tidak ada pada bahasa yang lainnya,Kata kerja dan gramatikal yang digunakan selalu berubah sesuai dengan subjek yang berhubungan dengan kata kerja tersebut,Tidak ada kata yang bersayakal dengan syakal yang sulit dibaca,Tidak ada kata yang mempertemukan dua huruf mati secara langsung,Sedikit sekali kata-kata yang terdiri dari dua huruf (al-alfadz al-tsuna’iyah) kebanyakan tiga huhuruf, kemudian ketambahan 1,2,3 dan 4 huruf, Tidak adanya 4 huruf yang berharakat secara terus menerus, disamping aspek-aspek lain yang termasuk dalam ranah deep structure (al-bina’ al-dahily) baik segi metafora, fonologi, kamus.
Disamping itu bahasa arab juga memiliki banyak keutamaan-keutamaan yang lain diantaranya:
 Bahasa arab adalah bahasa yang mulia atau agung dan bahasa agama islam, Bahasa yang memiliki keterkaitan dengan agama dan Al-Qur’an, Bahasa yang mampu berevolusi serta pembaharuan, Bahasa Arab adalah bahasa daerah sekaligus bahasa persatuan bangsa-bangsa Arab, Bahasa Arab adalah bahasa sejarah dan bahasa warisan dari bangsa arab.

Kenapa Umat Islam Harus Belajar Bahasa Arab
kalau saya ditanya hal yang paling rumit ketika mempelajari sesuatu maka akan mudah saya menjawab, Bahasa ‘arab. Dulu dan sampai saat inipun ketika belajar dan mengajari bab tentang Mukzijatnya Al Qur’an maka kesimpulannya, saya masih bodoh belum bisa membuktikan ke-mukzijatan al Qur’an, sedangkan kemukzijatan Al Qur’an adalah dari segi gaya bahasanya yaitu bahasa ‘arab.
Awal mula sebelum ke arah sana (sedikit belajar, indahnya Al Qur’an akan mudah kita rasakan kalo kita belajar bahasa ‘arab) pertama-tama kenapa Umat islam harus belajar bahasa ‘arab, saya tambahin sampai kapanpun dan dimanapun. Karena perlu kesabaran yang tidak ada batasnya untuk senantiasa belajar bahasa ‘arab.
kata seorang ‘alim, beliau mengatakan : jangan bilang susah belajar bahasa ‘arab sebelum mempelajari bahasa ‘arab selama 40 tahun. Jadi umat islam dilarang berkata : bahasa ‘arab itu susah jk belum belajar selama 40 tahun, setelah 40 tahun sudah belajar bahasa ‘arab dan belum bisa2 maka boleh bilang “bahasa ‘arab itu susah”.
Beberapa Alasan kenapa Umat Islam harus belajar bahasa ‘arab:
Ø  karena Al Qur’an diturunkan dalam bahasa ‘arab
إنّا أنزلنه قر ءنا عر بيّا لعلكم تعقلون
“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya”.[4]
Bahasa ‘arab adalah bahasa islam (lughatul muslimin), agar bisa memaknai secara mendalam kenapa Al Qur’an diturunkan dalam bahasa ‘arab. Kuncinya hanya satu belajar bahasa ‘arab.
Pentingnya Belajar Bahasa Arab
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Bahasa arab itu termasuk bagian dari agama, sedangkan mempelajarinya adalah wajib, karena memahami Al-Quran dan As-Sunnah itu wajib. Tidaklah seseorang bisa memahami keduanya kecuali dengan bahasa arab. Dan tidaklah kewajiban itu sempurna kecuali dengannya (mempalajari bahasa arab), maka ia (mempelajari bahasa arab) menjadi wajib. Mempelajari bahasa arab, diantaranya ada yang fardhu ‘ain, dan adakalanya fardhu kifayah.”[5]
Tahukah engkau saudariku, dorongan untuk belajar bahasa arab bukan hanya khusus bagi orang-orang di luar negara Arab. Bahkan para salafush sholeh sangat mendorong manusia (bahkan untuk orang Arab itu sendiri) untuk mempelajari bahasa arab.
Umar bin Khaththab radhiallahu ‘anhu berkata, “Pelajarilah bahasa arab, sesungguhnya ia bagian dari agama kalian.” (Iqitdha)
‘Umar radhiallahu ‘anhu juga mengingatkan para sahabatnya yang bergaul bersama orang asing untuk tidak melalaikan bahasa arab. Ia menulis surat kepada Abu Musa al-Asy’ari, “Adapun setelah itu, pelajarilah Sunnah dan pelajarilah bahasa arab, i’rablah al-Qur’an karena dia (al-Qur’an) dari Arab.”[6]
Dari Hasan Al-Bashari, beliau pernah ditanya, “Apa pendapat Anda tentang suatu kaum yang belajar bahasa arab?” Maka beliau menjawab, “Mereka adalah orang yang baik, karena mereka mempelajari agama nabi mereka.”
Dari as-Sya’bi, “Ilmu nahwu adalah bagaikan garam pada makanan, yang mana makanan pasti membutuhknanya.” [7]
Jadi Pada dasar bahwa bahasa arab itu adalah bahasa umta islam yang harus dipelajari oleh semua umat islam, adapun hukumnya adalah fardu kifayah, apa bila sudah ada orang yamg mempelajrinya maka gugurlah dosanya yang lainya karna sudah terwakili, namun meski demikian halnya haruslah bagi kita untuk mempelajarinya karna ia merupakan bahasa yang digunakan dalam al-qur’an.



http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Arab[1]
[2] Qs Yusuf :2
[3] Tafsir Ibnu katsir,Tafsir surat Yusuf
[4] Qs Yusuf :2
[5]Iqtidho, Ibnu Taimiyah 1/527 dikutip dari majalah Al-Furqon
[6] Iqtidha,Ibnu Taimiyyah,dikutip dari majal Al-furqon
[7] Hilyah Tholibul ‘ilmi, dikutip dari majalah Al-Furqon